Jumat, 22 Agustus 2008

KEWAJIBAN MEMPELAJARI AL-QUR'AN

KEWAJIBAN MEMPELAJARI AL-QUR'AN

PENDAHULUAN

Banyak informasi yang salah tentang Al-Qur'an yang disiarkan di kalangan masyarakat. Itu terjadi karena salah faham atau karena tidak mengerti sama sekali; artinya mungkin tidak ada kesengajaan untuk menyiarkan faham yang salah itu. Bagaimanapun setiap orang yang mengerti adanya kesalahan itu berkewajiban untuk meluruskannya.

Masyarakat harus dibebaskan secepatnya dari pemahaman yang salah, agar tidak terlanjur menjadi kaum yang sesat tanpa merasakan adanya kesesatan itu pada dirinya.

Selama ini orang banyak yang tidak menyadari bahwa dia memikul kewajiban yang sangat diperlukan untuk keselamatan dirinya sendiri. Kewajiban bagi setiap orang untuk mempelajari Al-Qur'an, agar dengannya dia mendapat petunjuk. Dalam kaitan dengan adanya kewajiban itulah tulisan ini disusun, mudah-mudahan berguna untuk membantu mendekatkan pemahaman terhadap Al-Qur'an.

Kepada Allah jua kembalinya segala persoalan ini dan Dia pula yang akan membalasnya.

KEWAJIBAN MEMPELAJARI AL-QUR'AN

Ada dua tinjauan yang dapat kita pakai untuk menetapkan kewajiban mempelajari Al-Qur'an. Aqli dan Naqli.

I. Tinjauan Aqli (akal)

Agama Islam (Dien Al-Islam) menyangkut soal ibadah Khas dan Mua'malah (Syari'at), Akhlaq dan Aqidah. Seseorang yang tidak mengenal agamanya, mustahil dapat menjalani ajaran agamanya dengan baik dan benar.

Orang yang tidak tahu Syari'at mudah tergelincir dalam kesalahan dan bid'ah. Yang tidak tahu Aqidah mudah tergelincir dalam bid'ah dan syirik, sedang yang tidak tahu Akhlaq paling sedikit akan tercela karena kebodohannya.

Salah satu bentuk kesesatan orang zaman dahulu adalah cara ibadah yang tidak ada tuntunannya.

Para penyembah berhala mengaku bahwa penyembahan yang mereka lakukan itu sebenarnya hanya untuk mendekatkan diri kepada Allah (!).

Tetapi perbuatan mereka itu tergolong syirik, justru karena mereka tidak tahu bagaimana seharusnya orang beribadah kepada Allah secara benar.

Al-Qur'an Sebagai Petunjuk bagi Muttaqin

Al-Qur'an adalah petunjuk bagi orang bertaqwa, sebagaimana tersebut dalam ayat:

ذَلِكَ الْكِتَابُ لاَ رَيْبَ فِيْهِ هُدًى لِلْمُتَّقِيْنَ

"Kitab itu (Al-Qur'an), tidak ada keraguan padanya, sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertaqwa." S. Al-Baqarah (2):2

Untuk dapat menjalani dengan benar dan menjadikan agama sebagai petunjuknya, seseorang harus memahaminya; untuk dapat memahami, dia harus mempelajarinya. Menurut logika, orang hanya akan dapat mempergunakan Al-Qur'an sebagai petunjuk jika faham isinya. Sedang kefahaman hanya diperoleh lewat belajar, dalam hal ini berguru.

Dapat kita katakan bahwa tanpa mempelajari Al-Qur'an tidak mungkin orang mendapat petunjuk jalan yang benar dan terbebaskan dari kesesatan.

Kewajiban Menuntut Ilmu

Orang sering menyatakan bahwa menurut ajaran Islam setiap orang diwajibkan belajar/menuntut ilmu. Dalam soal ini sebenarnya ada hadits;

عَنْ عَبْدِ اللَّـهِ بْنِ عَمْرٍى قَالَ : قَالَ رَسُوْلُ اللَّـهِ صَلَّى اللَّـهُ عَلَيْهِ وَ آلِهِ وَ سَلَّمَ (( العِلْمُ ثَلاَثَةٌ فَمَا وَرَاءَ ذلِكَ فَهُوَ فَضْلٌ آيَةٌ مُحْكَمَةٌ أَوْ سُنَّةٌ قَائِمَةٌ أَوْ فَرِيْضَةٌ عَادِلَةٌ)). أخرجه ابن ماجة

"Dari Abdullah bin Amru, berkata: Telah bersabda Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wa sallam: "Ilmu (yang pokok) itu ada tiga. Adapun yang selain tiga itu adalah kelebihan (keutamaan): Ayat Muhkamah atau Sunnah yang tegak atau Faraidl yang adil."

Dikeluarkan oleh ibnu Majah, hadits No.54.

Hadits ini menunjukkan bahwa ilmu-ilmu yang muslimin wajib menuntut dan mempelajarinya itu yang pokok adalah: Al-Qur'an, As-Sunnah (yang diketahui lewat Al-Hadits) dan faraidl yang benar, yang adil. Sedang ilmu-ilmu selain yang tiga itu sifatnya sebagai keutamaan, sebagai tambahan.

Sesuatu yang berfungsi sebagai tambahan itu baru diperlukan tatkala yang pokok sudah tersedia. Tanpa adanya barang pokok, barang tambahan jadi kurang diperlukan, dan bahkan dapat menjadi sia-sia belaka.

Demikian pula halnya dengan Al-Qur'an. Sebagai barang pokok dia harus ada dan sekaligus menjadikan ilmu-ilmu yang lain bermanfaat. Sebaliknya, ketiadaannya menjadikan ilmu-ilmu lain kurang manfaatnya atau bahkan tidak berguna sama sekali. Artinya, jikalau seseorang mempelajari ilmu dunia (tidak pokok) sedang dia tidak mempelajari Al-Qur'an sama sekali, maka apa yang dia pelajari itu tidak membuat dia baik, bahkan memalukan. Sebaliknya, apabila orang sudah mempelajari Al-Qur'an, maka ilmu lain yang dia pelajari menjadikan dia semakin baik dan semakin bertambah kebaikan dan keutamaannya.

Kalau kita gambarkan bahwa pakaian yang pokok itu adalah baju dan celana, sedang dasi itu sebagai pakaian tambahan (aksesori), pernahkah anda renungkan, bagaimana keadaan seseorang yang tampan, mengenakan dasi yang amat bagus dan mahal, sementara itu dia lupa mengenakan kemeja dan celana atau bahkan sengaja tidak memakainya? Inilah gambaran orang yang menuntut ilmu selain Al-Qur'an, sedang dalam waktu yang sama dia tidak pernah mempelajari Al-Qur'an.

II- TINJAUAN NAQLI (NASH)

Allah Mewajibkan Al-Qur'an kepada Muslimin

Tatkala Allah memberikan kewajiban kepada manusia agar beribadah/mengabdi kepada-Nya, Allah menurunkan juga petunjuk tentang tata cara ibadah/pengabdian itu. Petunjuk itu berupa Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wa sallam yang sekaligus merupakan penjelasan bagi Al-Qur'an.

Untuk kepruan ibadah itu juga, Allah berikan petunjuk berupa Al-Qur'an yang harus diamalkan. Pengamalan ini tidak mungkin dilaksanakan kecuali dengan pemahaman. Dalam kaitan perwajiban ini Allah berfirman:

سُوْرَةٌ أَنْزَلْنَاهَا وَ فَرَضْنَاهَا وَ أَنْزَلْنَا فِيْهَا آيَاتٍ بَيِّنَاتٍ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ

"(Ini adalah) Satu surat yang Kami menurunkannya dan Kami mewajibkannya serta Kami turunkan padanya itu ayat-ayat yang terang, supaya kalian mengambil pengertian." S. An-Nur (24): 1.

Dalam ayat inii kita dapatkan bahwa Allah mewajibkan hukum-hukum wajib yang dibawa Al-Qur'an. Orang tidak mungkin mengerti mana wajib dan mana bukan wajib, apabila tidak mengetahui maksud/makna Al-Qur'an. Untuk itu orang harus mempelajari Al-Qur'an.

Nasib Orang yang Berpaling dari Al-Qur'an

Ada orang selama hidup melalaikan Al-Qur'an. Kelalaian ini akan membawa akibat atas dirinya, sebagaimana firman Nya:

وَ مَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَ نَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعَمَى. قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعَمَى وَ كُنْتُ بَصِيْرًا. قَالَ كَذلِكَ أَتَتْكَ آيَتُنَا فَنَسِيْتَهَا وَ كَذلِكَ الْيَوْمَ تُنْسَى.

"Dan barangsiapa berpalling dari peringatan Ku, maka sesungguhnya baginya ada penghidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta.

Dia akan berkata, "Wahai pemeliharaku ! Kenapa Kau kumpulkan aku dalam keadaan buta, sedang aku dahulunya melihat?!"

Allah berfirman, "Demikianlah, dahulu telah datang kepadamu ayat-ayat Kami lalu engkau melupakannya. Maka begitu juga pada hari ini engkau dilupakan."

S. Thaha (20) : 124-126

Orang yang berpaling dari Al-Qur'an dan melupakannya adalah mereka yang tidak mau beramal seperti yang diperintahkan dalam Al-Qur'an, sama saja sengaja atau tidak. Mereka diancam akan dikumpulkan pada hari Kiamat dalam keadaan buta. Lalu manakah orang yang tidak berpaling dan tidak melupakan Al-Qur'an, jika diberi hidup di dunia sampai puluhan tahun, sempat mempelajari Biologi, Fisika, Kimia dan lain-lainnya, sedang dia tidak sempat mempelajari Al-Qur'an?!

Orang Tersesat Merasa Mendapat Petunjuk

Ada kalanya manusia terhalang dari kebaikan, sementara dia merasa berada dalam kebenaran sebagaimana firman Allah:

وَ مَنْ يَعْشُ عَنْ ذِكْرِ الرَّحْمَنِ نُقَيِّضْ لَهُ شَيْطَانًا فَهُوَ لَهُ قَرِيْنٌ. وَ إِنَّهُمْ لَيَصُدُّوْنَهُمْ عَنِ السَّبِيْلِ وَ يَحْسَبُوْنَ أَنَّهُمْ مُهْتَدُوْنَ.

"Dan barangsiapa berpaling dari mengingat Ar-Rahman, kami gandengkan syaithan baginya lalu dia menjadi teman baginya. Dan sesungguhnya mereka (para syaithan) itu sungguh menghalangi mereka dari jalan yang lurus, sedang mereka menyangka bahwa mereka itu orang yang mendapat petunjuk."

S. Az-Zukhruf (43) : 36-37.

Sesuai dengan namanya, salah satu fungsi Al-Qur'an adalah untuk bacaan dan sekaligus Dzikir. Karena itu berpaling dari Al-Qur'an juga sekaligus berpaling dari salah satu fungsinya, yakni Dzikir (mengingat) Allah. Perpalingan ini mengakibatkan pergandengan dengan syaithan yang menghalangi dari jalan Allah, sedang yang terhalangi merasa dirinya di tempat yang benar.

Untuk menghindari ini, jalan keluarnya adalah mempelajari Al-Qur'an. Dalam ayat lain kita dapatkan firman Nya:

إِنَّ الَّذِي فَرَضَ عَلَيْكَ الْقُرْآنُ إِلَى مَعَادٍ. قُلْ رَبِّي أَعَلَمُ مَنْ جَاءَ بِالهُدَى وَ مَنْ هُوَ فِي ضَلاَلٍ مُبِيْنٍ.

"Sesungguhnya Yang Mewajibkan Al-Qur'an atasmu itu akan mengembalikanmu ke tempat kembali (semula). Katakanlah, "Pemeliharaku lebih mengetahui siapa yang datang dengan petunjuk dan siapa yang dia itu berada dalam kesesatan yang nyata."

S. Al-Qoshos (28) : 85.

Dalam ayat ini terkandung pengertian bahwa Allah telah mewajibkan Al-Qur'an kepada Nabi shallallahu alaihi wa alihi wa sallam untuk mengamalkan dan menyampaikan.

Menurut kaidah Ushul setiap perintah kepada Nabi shallallahu alaihi wa alihi wa sallam berlaku juga atas sekalian ummatnya, kecuali kalau ada keterangan yang menunjukkan kekhususannya. Demikian juga kewajiban tentang Al-Qur'an. Yang berkewajiban adalah Nabi shallallahu alaihi wa alihi wa sallam dan seluruh ummat beliau.

Tersesat Selagi Belum Belajar Al-Qur'an

هُوَ الَّذِي بَعَثَ فِي اْلأُمِّيِّيْنَ رَسُوْلاً مِنْهُمْ يَتْلُوا عَلَيْهِمْ آيَاتِهِ وَ يُزَكِّيْهِمْ وَ يُعَلِّمُهُمُ الْكِتَابَ وَ الْحِكْمَةَ وَ إِنْ كَانُوا مِنْ قَبْلُ لَفِي ضَلاَلٍ مُبِيْنٍ.

"Dia (Allah) Yang telah membangkitkan di kalangan kaum ummiy (tidak dapat menulis) seorang Rasul dari kalangan mereka yang membacakan ayat-ayat Nya kepada mereka, dan mensucikan mereka, serta mengajar mereka Al-Kitab dan Al-Hikmah. Dan adalah mereka itu sebelumnya berada dalam kesesatan yang nyata."

S. Al-Jumu'ah (62) : 2

Ayat ini menerangkan bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wa alihi wa sallam diutus dari kalangan kaumnya yang buta huruf, dengan tugas membacakan ayat-ayat Allah, mensucikan mereka (dengan mengamalkan ajaran Islam) dan mengajar mereka Al-Kitab (Al-Qur'an) dan Al-Hikmah.

Kemudian diterangkan pula bahwa sebelum menerima semua itu (termasuk pengajaran Al-Kitab) mereka masih berada dalam kesesatan.

Dengan demikian, untuk terlepas dari kesesatan, orang harus mendengarkan pembacaann Al-Qur'an, mengamalkan ajaran-ajaran Islam dan mempelajari Al-Qur'an serta As-Sunnah, si mana yang disebut terakhir itu sebagai penjelasannya.

Kita dapatkan bahwa mengaku sebagai seorang muslim saja tidak cukup. Setiap muslim harus mengenal agamanya sendiri, harus mengetahui Al-Qur'an. Dan ini hanya dapat diperoleh dengan belajar, dengan berguru.

Dapatkah Kita Belajar Sendiri?

Sudah terbukti bahwa pada banyak cabang ilmu pengetahuan, orang dapat belajar dan bahkan menggali sendiri ilmu tersebut.

Tetapi agak berbeda dalam soal Dien Al-Islam.

Dien Al-Islam dipelajari tidak sekedar untuk pengetahuan, melainkan untuk diyakini dann diamalkan. Pendekatan terhadap Dien Al-Islam tidaklah seperti pendekatan kita terhadap ilmu pengetahuan pada umumnya. Ada bagian-bagian yang memang orang dapat menggalinya kalau sudah tiba waktunya, sesuai dengan kemampuannya. Tetapi ada bagian lain yang mau tidak mau orang harus mendengar dan menerima penjelasan. Begitulah Dien Al-Islam dan begitulah Al-Qur'an.

Untuk mempelajari Dien Al-Islam dengan selamat dan benar, dalam hal ini mempelajari Al-Qur'an, orang sebaiknya berguru. Belajar dari kitab terjemahan sungguh tidak dianjurkan, walaupun kita tidak punya hak untuk melarang. Di lapangan banyak ditemukan orang salah memahami Al-Qur'an karena belajar sendiri dengan mengandalkan kitab terjemahan. Yang sangat menyedihkan, dia menyampaikan dan mengajarkan pengertian yang salah itu kepada orang lain.

Hassan, penyusun kitab Tafsir Al-Furqan, menyatakan dalam pendahuluannya pada Fasal 3:

JANGAN FAHAM DARI TERJEMAHAN

Qur'an itu dalam bahasa Arab; kita salin ke bahasa kita supaya kita faham. Telah ma'lum di antara ahli-ahli bahasa, bahwa kalau kitaterjemahkan satu kalimat dari bahasa A umpamanya, ke bahasa B, maka belum tentu apa-apa yang kita faham dari bahasa A itu bisa juga kita faham dari bahasa B.

Dari itu, apa-apa "faham" yang kita dapat dari tafsir bahasa Indonesia, di tafsir ini, belum tentu itupun atau itulah yang dimaksudkan oleh ayat.

Apa dan Bagaimana Mempelajari Al-Qur'an?

Allah Ta'ala berfirman :

لاَتُحَرِّكْ بِهِ لِسَانَكَ لِتَعْجَلَ بِهِ. إِنَّ عَلَيْنَا جَمْعَهُ وَ قُرآنَهُ. فَإِذَا قَرَأْنَاهُ فَاتَّبِعْ قُرْآنَهُ. ثُمَّ إِنَّ عَلَيْنَا بَيَانَهُ.

"Jangan engkau gerakkan lisanmu dengan sebabnya (Al-Qur'an) lantaran engkau hendak menyegerakannya. Sesungguhnya atas tanggungan Kami pengumpulannya dan bacaannya. Maka apabila Kami telah membacakannya, ikutilah bacaannya itu. Kemudian atas tanggungan Kami penjelasannya."

S.Al-Qiyamah (75) : 16-19

Ayat-ayat ini menunjukkan bahwa terkumpulnya Al-Qur'an, bacaan dan penjelasan atau tafsir Al-Qur'an itu menjadi tanggungan dan jaminan Allah. Artinya adanya al-Qur'an yang 30 juz dengan urut-urutan surat sebagaimana yang telah kita lihat, bunyi bacaan serta penjelasannya itu semua jadi tanggungan Allah, terserah Allah dan ditentukan Allah. Perkara-perkara inilah yang perlu kita pelajari. Kita perlu tahu bagaimana bunyi bacaan seperti yang Allah kehendaki itu, kemudian bagaimana Allah kehendaki (maksud) dengan bacaan yang Dia tentukan itu.

Di samping itu, menurut bahasa, Qur'an bearti bacaan atau sesuatu yang dibaca. Dari segi penamaannya saja sudah dapat dimengerti kalau Al-Qur'an mesti dipelajari bacaannya.

Dilihat dari segi fungsi Al-Qur'an sebagai petunjuk, dengan sendirinya yang harus dipelajari adalah isi dan maksudnya. Ini yang kita dapatkan dari penjelasan atau tafsir tersebut. Untuk segala kepentingan dalam ibadah dan kehidupan sehari-hari agar tidak menyalahi Al-Qur'an, orang harus mempelajari isi Al-Qur'an.

Sebagai tambahan dapat diberitahukan bahwa kalau seseorang mau mempelajari Al-Qur'an sekedar untuk keperluannya sendiri, sebagai tadzkirah bagi dirinya sendiri, maka dia hanya memerlukan waktu belajar efektif selama 3 (tiga) bulan saja. Selebihnya, dia sudah mulai mendalami.

Yang diperlukan ialah niat yang tulus, kemauan dan seorang guru yang faham. Mulailah dan dengan petunjuk Allah Ta'ala, anda akan berhasil.

Tidak ada komentar: