Kamis, 10 Mei 2012

Tafsir Ibnu Kasir Surat Al-Fajr (ayat: 1-5 & 27-30)


Tafsir Ibnu Kasir Surat Al-Fajr 

(Ayat: 1-5)

Yang dimaksud dalam ayat ini adalah waktu fajar pada hari raya kurban, khususnya, yang merupakan penutup malam yang sepuluh. Dan yang dimaksud dengan “Malam yang sepuluh” adalah sepuluh hari pertama di bulan dzulhijjah. Dan Firman Allah,”Dan yang genap dan yang ganjil.” Mengenai hal ini telah dikemukakan sebuah hadits yang menjelaskan bahwa yang ganjil itu adalah hari arafah yang jatuh pada hari kesembilan, sedangkan yang genap adalah hari Nahar yang jatuh pada hari kesepuluh. Firman Allah,”Dan yang genap dan yang ganjil,” al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas, dia mengatakan,”Allah itu ganjil dan esa sedangkan kalian itu genap.” Firman Allah, “Dan malam bila berlalu,” al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia mengatakan,”yakni, jika telah pergi.” Dan mungkin juga yang dimaksudkan adalah jika berjalan, yakni berangkat. Dan ada yang mengatakan bahwa ini adalah lebih cepat, karena ia dalam posisi bersebrangan dengan firman Allah “Demi Fajar”. Karena waktu fajar adalah beranjaknya waktu siang dan berakhirnya waktu malam.
Firman Allah,”Pada yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang berakal.” Yakni orang yang mempunyai akal dan berisi. Akal disebut juga dengan sebutan al-hijr karena ia dapat mencegah manusia melakukan hal-hal yang tidak pantas untuk dilakukan, baik itu dalam bentuk perbuatan maupun ucapan. Sumpah ini berkaitan dengan waktu–waktu ibadah dan ibadah itu sendiri, yang terdiri dari haji, shalat, dan berbagai macam ibadah lainnya dari sarana yang bias dipergunakan oleh hamba-hamba yang bertakwa lagi taat untuk mendekatkan diri kepada Allah, takut lagi tawadhu’ serta khusyu’ dihadapan wajah-Nya yang mulia untuk mendekatkan diri kepada-Nya

(Ayat: 27-30)

Firman Allah, “Wahai jiwa yang tenang, kembalilah kepada Rabb-mu,” yakni ke hadapan-Nya dan pahala-Nya serta apa yang telah disediakan bagi hamba-Nya di Surga. “Dengan hati yang puas,” yakni di dalam jiwanya, “Lagi diridhai-Nya.” Artinya, jiwa yang ridha kepada Allah dan Dia pun ridha kepadanya serta menjadikannya selalu ridha. “Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku,” yakni ke dalam golongan mereka. “Dan masuklah ke dalam Surga-Ku.” Yang demikian itu dikatakan kepadanya saat sakaratul maut dan pada hari kiamat kelak, sebagaimana para Malaikat menyampaikan berita gembira kepada orang mukmin ketika sakaratul maut dan ketika bangkit dari kuburnya.

Tidak ada komentar: