Tafsir Ibnu Kasir Surat Al-Fajr
(Ayat: 1-5)
Yang dimaksud
dalam ayat ini adalah waktu fajar pada hari raya kurban, khususnya, yang
merupakan penutup malam yang sepuluh. Dan yang dimaksud dengan “Malam yang
sepuluh” adalah sepuluh hari pertama di bulan dzulhijjah. Dan Firman Allah,”Dan
yang genap dan yang ganjil.” Mengenai hal ini telah dikemukakan sebuah hadits
yang menjelaskan bahwa yang ganjil itu adalah hari arafah yang jatuh pada hari
kesembilan, sedangkan yang genap adalah hari Nahar yang jatuh pada hari kesepuluh.
Firman Allah,”Dan yang genap dan yang ganjil,” al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas,
dia mengatakan,”Allah itu ganjil dan esa sedangkan kalian itu genap.” Firman Allah,
“Dan malam bila berlalu,” al-Aufi meriwayatkan dari Ibnu Abbas, dia mengatakan,”yakni,
jika telah pergi.” Dan mungkin juga yang dimaksudkan adalah jika berjalan,
yakni berangkat. Dan ada yang mengatakan bahwa ini adalah lebih cepat, karena
ia dalam posisi bersebrangan dengan firman Allah “Demi Fajar”. Karena waktu
fajar adalah beranjaknya waktu siang dan berakhirnya waktu malam.
Firman Allah,”Pada
yang demikian itu terdapat sumpah (yang dapat diterima) oleh orang-orang yang
berakal.” Yakni orang yang mempunyai akal dan berisi. Akal disebut juga dengan
sebutan al-hijr karena ia dapat mencegah manusia melakukan hal-hal yang tidak pantas
untuk dilakukan, baik itu dalam bentuk perbuatan maupun ucapan. Sumpah ini
berkaitan dengan waktu–waktu ibadah dan ibadah itu sendiri, yang terdiri dari
haji, shalat, dan berbagai macam ibadah lainnya dari sarana yang bias dipergunakan
oleh hamba-hamba yang bertakwa lagi taat untuk mendekatkan diri kepada Allah,
takut lagi tawadhu’ serta khusyu’ dihadapan wajah-Nya yang mulia untuk
mendekatkan diri kepada-Nya
(Ayat: 27-30)
Firman Allah, “Wahai
jiwa yang tenang, kembalilah kepada Rabb-mu,” yakni ke hadapan-Nya dan
pahala-Nya serta apa yang telah disediakan bagi hamba-Nya di Surga. “Dengan
hati yang puas,” yakni di dalam jiwanya, “Lagi diridhai-Nya.” Artinya, jiwa
yang ridha kepada Allah dan Dia pun ridha kepadanya serta menjadikannya selalu
ridha. “Maka masuklah ke dalam jama’ah hamba-hamba-Ku,” yakni ke dalam golongan
mereka. “Dan masuklah ke dalam Surga-Ku.” Yang demikian itu dikatakan kepadanya
saat sakaratul maut dan pada hari kiamat kelak, sebagaimana para Malaikat menyampaikan
berita gembira kepada orang mukmin ketika sakaratul maut dan ketika bangkit
dari kuburnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar