Rabu, 03 Februari 2010

Karomah, Mukjizat, dan lain-lain

PENDAHULUAN
Setelah pembahasan kemarin tentang pengertian, syarat dan peran mukjizat bagi para Rasul/Nabi. Dan pembahasan sekarang tentang perbedaan mukjizat, karomah, istidraj dan irkhash. Dalam pembahasan ini insya Allah kami akan menjelaskan pengertian dan perbedaannya. Tetapi dalam pembahasan mukjizat kami tidak terlalu banyak pembahasan karena telah dijelaskan.

Mukjizat
المعجزة : أمر خارق للعادة، داعية إلى الخير و السعادة، مقرونة بدعوى النبوة، قصد به اظهار صدق من ادعى انه رسول من الله.
Sesuatu yang diluar kebiasaan yang mengajak kepda kebaikan dan kebahagiaan yang mengiringi dakwah kenabian yang bertujuan untuk menguatkan kebenaran ajaran nabi.

Karomah
الكرامة : ظهور أمر خارق للعادة من قبل شخص غير مقارن لدعوى النبوة.
Adanya sesuatu yang timbul diluar kebiasaan dari seseorang yang tidak dibarengi dengan dakwah kenabian.
Karomah menurut bahasa/lughoh sama dengan Aza-zah artinya kemuliaan. Pengertian karomah menurut Syeck Ibrahim Al Bajuri karomah adalah” sesuatu luar biasa yang tampak dari kekuasaan seorang hamba yang telah jelas kebaikannya yang ditetapkan karena adanya ketekunan didalam mengikuti syariat nabi dam mempunyai i’tiqod yang benar”. Pemberian seperti ini diberikan Allah kepada para Awliya’ sebagai kemulian bagi mereka.
Menurut Hakim At-Tirmidz Adapun yang dimaksud karamah al-awliya’ tiada lain, kemuliaan, kehormatan,(al-ikram); penghargaan (al-taqdir); dan persahabatan (al-wala) yang dimiliki para wali Allah berkat penghargaan, kecintaan dan pertolongan Allah kepada mereka. Karamah al-awliya itu, dalam pandangan Hakim at-Tirmidzi, merupakan salah satu ciri para wali secara lahiriah (‘alamat al-awliya’ fi al-zhahir) yang juga dinamakannya al-ayat atau tanda-tanda.
Hakim at-Tirmidzi membagi karamat al-awliya ke dalam dua bagian. Pertama, karamah yang bersifat ma‘nawi atau al-karamat al-ma‘nawiyyah. Karamah yang pertama merupakan sesuatu yang bertentangan dengan adat kebiasaan secara fisik-inderawi, seperti kemampuan seseorang unrtuk berjalan di atas air atau berjalan di udara. Sedangkan karamah yang kedua merupakan ke-istiqamah-an seorang hamba di dalam menjalin hubungan dengan Allah, baik secara lahiriah maupun secara batiniah yang menyebabkan hijab tersingkap dari kalbunya hingga ia mengenal kekasihnya, serta merasa ketentraman dengan Allah. At-Tirmidzi memaparkan karamah yang kedua sebagai yang berikut:
Kemudian Tuhan memandang wali Allah dengan pandangan rahmat. Maka Tuhan pun dari perbendaharaan rububiyyah menaburkan karamah yang bersifat khusus kepadanya sehingga ia (wali Allah) itu berada pada maqam hakikat kehambaan (al-haqiqah al-ubudiyyah). Kemudian Tuhan pun mendekatkan kepada-Nya, memanggilnya, menghormati dan meninggikannya. Menyayanginya dan menyerunya. Maka wali pun menghampiri Tuhan ketika ia mendengar seru-Nya. Mengokohkan (posisi)-nya dan menguatkannya; memelihara dan menolongnya; sehingga ia meresponi dan menyambut seruan-Nya. Dalam kesunyian ia memanggil-Nya. Setiap saat ia munajat kepada-Nya. Ia pun memanggil kekasihnya. Ia tidak mengenal Tuhan selain Allah.
Jadi karomah adalah merupakan sesuatu perkara yang terjadi diluar kemampuan akal manusia biasa untuk memikirkan atau menciptakan .perkara itu ( karomah) diberikan Alloh kepada hambanya yang sudah terang kebaikannya (keshalehannya), setiap sikap perbuatan dan ucapannya serta keadaan hatinya selalu bergerak sesuai dengan tuntunan ajaran Islam yang dibawa oleh Rosululloh SAW baik dalam segi syaria’t atau aqidah serta akhlaknya.
Oleh karena itu bagi Waliyulloh dengan Karomahnya kadang-kadang tampak keanehan-keanehan baik dalam sikap tindakan dan ucapan yang tidak begitu saja mudah bagi akal manusia biasa untuk memahaminya. Sebagai contoh karomah ialah seperti dapat dilihat adanya peristiwa Maryam yang disebut dalam surat Ali Imron ayat 37:Artinya:
Maka Tuhannya menerimanya (sebagai nazar) dengan penerimaan yang baik, dan mendidiknya dengan pendidikan yang baik dan Allah menjadikan Zakariya pemeliharanya. Setiap Zakariya masuk untuk menemui Maryam di mihrab, ia dapati makanan di sisinya. Zakariya berkata: "Hai Maryam dari mana kamu memperoleh (makanan) ini?" Maryam menjawab: "Makanan itu dari sisi Allah". Sesungguhnya Allah memberi rezeki kepada siapa yang dikehendaki-Nya tanpa hisab.

juga peristiwa Ashabul Kahfi dalam surat al kahfi ayat 25: Artinya:
dan mereka tinggal dalam gua mereka tiga ratus tahun dan ditambah sembilan tahun (lagi).
Orang yang menolak karamah al-awliya’, disebabkan mereka tidak mengetahui persoalan ini kecuali kulitnya saja. Mereka tidak mengetahui perlakuan Allah terhadap para wali. Sekiranya orang tersebut mengetahui hal-ihwal para wali dan perlakuan Allah terhadap mereka; niscaya mereka tidak akan menolaknya. Penolakan mereka terhadap karamah al-awliya’, disebabkan oleh kadar akses mereka terhadap Allah hanya sebatas menegaskan-Nya; bersungguh-sungguh di dalam mewujudkan kejujuran (al-shidq); bersikap benar dalam mewujudkan kesungguhan sehingga meraih posisi al-qurbah (dekat dengan Allah). Sementara mereka buta terhadap karunia dan akses Allah kepada hamba-hamba pilihan-Nya. Demikian juga buta terhadap cinta (mahabbah) dan kelembutan (ra’fah) Allah kepada para wali. Apabila mereka mendengar sedikit tentang hal ini, mereka bingung dan menolaknya.

Istidroj
الاستدراج : أن يجعل الله العبد مقبول الحاجة وقتا فوَقتا إلى أقصى عمره للابتدال البلاء و العذاب.
Allah menjadikan hambanya sebagai orang yang kebutuhannya terkabul disetiap waktu sampai habis umurnya sebagai penolak bala dan azab

Istidraj adalah adalah pemberian nikmat Allah kepada manusia yang mana pemberian itu tidak diridhai oleh Nya karena digunakan untuk perbuatan yang melanggar perintah-Nya. Pendapat lain mengatakan bahawa Istidraj adalah sesuatu yang luar biasa yang diberikan Allah kepada orang yang jelas kefasikannya, kekafiran, dan kemusyrikannya, sebagai sebuah ujian atau cobaan.
Rasulullah saw bersabda:”Jika engkau melihat Allah memberikan kepada seseorang tentang keduniaan yang dicintainya berdasarkan kemaksiatan, itulah yang disebut Istidraj”. Kemudian Rasulullah saw membacakan firman Allah swt: (QS Al An’aam (6): 44)
Artinya: Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kamipun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka; sehingga apabila mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka dengan sekonyong-konyong, Maka ketika itu mereka terdiam berputus asa. (HR.Ahmad )
Allah swt telah membuat suatu perumpamaan dengan umat yang terdahulu untuk kita jadikan pelajaran dan sebagai bukti nyata. Kesulitan hidup termasuk sunnatullah yang akan diberikan kepada hamba-hamba-Nya agar mereka kembali ke jalan dan petunjuk-Nya, yaitu dengan menyeru ke jalan tauhid dan beribadah kepada Allah, sehingga dapat mendekatkan diri dan takut kepada-Nya. Namun, mereka tidak menerima dan meresponnya. Oleh karena itu, Allah menguji mereka dengan penghidupan yang lapang, atau penghidupan yang sempit. Tatkala Allah mengutus para rasul kepada mereka untuk memberikan peringatan dan kabar gembira, mereka inkar. Lalu Allah membukakan bagi mereka pintu-pintu rizki, beranekaragam kesenangan, kehidupan mewah, kesehatan, keamanan dan lainnya yang mereka sukai. Sehingga tatkala mereka bersukaria dengan apa yang mereka raih, baik itu harta kekayaan, anak-anak, dan rizki, mereka menjadi lalai. Lalu Allah menyiksa dan memusnahkan mereka. Akhirnya mereka frustasi untuk mendapatkan kebaikan dan keselamatan. Inilah yang disebut Istidraj
Manusia yang diistidraj oleh Allah adalah manusia yang lupa daratan. Walaupun berbuat maksiat, dia merasa Allah menyayanginya. Mereka bahkan memandang hina kepada orang yang beramal. Seperti:
Firaun. Nikmatnya tak terkira, tidak pernah sakit. Allah memberinya nikmat kesehatan. Orang lain selalu sakit, tapi Firaun tidak, orang lain mati,namun dia masih belum mati-mati juga, sampai ia merasa angkuh dan besar kemudian mengaku dirinya tuhan. Tapii dengan itulah Allah memnbinasakan dia
Namrud, yang pernah mencoba membakar Nabi Ibrahim. Betapa besar pangkat Namrud? Dia begitu sombong dengan Allah, akhirnya dalam sebuah riwayat disebutkan ia menemui ajalnya hanya disebabkan seekor nyamuk yang masuk ke dalam lubang hidungnya.

Irhash
الارهاص : ما يظهر من الخوارق عن النبي صلى الله عليه وسلم قبل ظهوره.

Irhash adalah sesuatu yang luar biasa yang diberikan Allah kepada seseorang yang dipersiapkan untuk membawa risalah. Seperti melindunginya awan atas Nabi Muhammad Saw sebelum Pengutusan beliau.
Dapat dikatakan irkhash adalah sesuatu yang diberikan kepada calon Nabi berupa keluarbiasaan.

Kesimpulan :
Dalam pembahasan ini dapat disimpulkan bahwa:
1. Mukjizat diberikan kepada para Rasul/Nabi
2. Karomah diberikan kepada orang-orang yang bertaqwa dan shalih
3. Istidraj diberikan kepada orang-orang yang berbuat maksiat kepada Allah
4. Sedangkan irkhash diberikan kepada calon Nabi.

Tidak ada komentar: