Rabu, 03 Februari 2010

Tafsir Aliran Tentang Ayat Yang Sering Diperdebatkan

Pendahuluan
Keberadaan sifat pada Allah SWT menjadi polemik bagi aliran-aliran yang berbeda prinsip-prinsip keislamannya (Ushul), sehingga terjadi perbedaan pendapat tentang hal itu bahkan itu menjadi perdebatan sampai sekarang. Karena ada beberapa aliran yang mengingkari sifat Allah dengan alasan karena Allah itu satu dan zat tidak akan ada lagi selain zat, mu’tazilah diataranya dengan ushulul khomsahnya terutama dalam poin yang pertama yaitu al-tauhid, dengan kalimat:
أن الصفات ليست شيئا غير الذات
Kemudian berbeda lagi dengan ahlus sunnah tepatnya kalangan salaf yang mewajibkan percaya dan mengakui sifat Allah bagi orang islam, dengan dasar firman Allah SWT:Artinya:
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.

Dan yang Artinya:
Dan janganlah kamu mengatakan terhadap apa yang disebut-sebut oleh lidahmu secara Dusta "Ini halal dan ini haram", untuk mengada-adakan kebohongan terhadap Allah. Sesungguhnya orang-orang yang mengada-adakan kebohongan terhadap Allah Tiadalah beruntung.
(Itu adalah) kesenangan yang sedikit, dan bagi mereka azab yang pedih.

Dari Ayat-ayat tersebut al-Hafidz ibnu al-Qayyim berkata bahwa itulah ayat-ayat yang mana apabila dalam hak para musyrikin dan orang-orang kafir menjadi jamuan bagi orang yang berbohong kepada Allah dalam ketauhidan-Nya, agama-Nya, asma-Nya, sifat-Nya dan af’al-Nya.
Selain ayat-ayat tentang sifat Allah, yang sering menjadi perdebatan juga adalah ayat-ayat mutasyabihat yaitu ayat-ayat yang masih samar maknanya dalam penafsiran.
Jawaban :
Diantara ayat-ayat yang sering diperdebatkan adalah :
Al-An’am ayat 103:
Artinya:
103. Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang kelihatan; dan Dialah yang Maha Halus lagi Maha mengetahui.
Al-Qiyamah ayat 22-23:Artinya:
22. Wajah-wajah (orang-orang mukmin) pada hari itu berseri-seri.
23. kepada Tuhannyalah mereka melihat.
Al-A’raf ayat 143:Artinya:
143. dan tatkala Musa datang untuk (munajat dengan Kami) pada waktu yang telah Kami tentukan dan Tuhan telah berfirman (langsung) kepadanya, berkatalah Musa: "Ya Tuhanku, nampakkanlah (diri Engkau) kepadaku agar aku dapat melihat kepada Engkau". Tuhan berfirman: "Kamu sekali-kali tidak sanggup melihat-Ku, tapi lihatlah ke bukit itu, Maka jika ia tetap di tempatnya (sebagai sediakala) niscaya kamu dapat melihat-Ku". tatkala Tuhannya Menampakkan diri kepada gunung itu , dijadikannya gunung itu hancur luluh dan Musa pun jatuh pingsan. Maka setelah Musa sadar kembali, Dia berkata: "Maha suci Engkau, aku bertaubat kepada Engkau dan aku orang yang pertama-tama beriman".
Al-Baqarah ayat 62:
Artinya:
62. Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin , siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah , hari kemudian dan beramal saleh , mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran kepada mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Ayat ini diperdebatkan karena kaitannya dengan iman seseorang apakah bisa bertambah atau bahkan berkurang?. Karena sebagian aliran diantaranya mu’tazilah, qadariyyah, dan jahmiyah itu mengartikan iman hanya sebatas hati (ma’rifah al-qalb) dengan alasan bahwa iman berkaitan dengan pengakuan/ pengi’tiqadan (al-Tashdiq) sedangkan al-Tashdiq tidak akan bisa dilakukan kecuali dengan hati (al-Qalb) .
Sedangkan Ahlussunnah mengartikan iman dengan pengakuan dengan hati, pengikraran dengan lisan dan beramal dengan anggota badan , sehingga ahlussunnah berpendapat bahwa iman dapat bertambah apabila ia taat dan bahkan berkurang apabila ia berbuat maksiat.
Al-Fath ayat 27:
Artinya:
27. Sesungguhnya Allah akan membuktikan kepada Rasul-Nya, tentang kebenaran mimpinya dengan sebenarnya (yaitu) bahwa Sesungguhnya kamu pasti akan memasuki Masjidil haram, insya Allah dalam Keadaan aman, dengan mencukur rambut kepala dan mengguntingnya, sedang kamu tidak merasa takut. Maka Allah mengetahui apa yang tiada kamu ketahui dan Dia memberikan sebelum itu kemenangan yang dekat .
Ahlussunnah berpendapat dalam ayat ini bahwa adanya istisna (pengecualian) dalam iman karena kita menilai iman dengan perbuatannya karena termasuk kepada definisi iman tadi yaitu beramal dengan anggota badan, jadi terjadinya istisna itu ada pada iman bukan pada al-Tashdiq.
Tahaa ayat 5:
Artinya:
5. (yaitu) Tuhan yang Maha Pemurah. yang bersemayam di atas 'Arsy .

Mu’tazilah dalam mengartikan ayat ini berpendapat bahwa ayuat ini termasuk dalam metamorphosis dengan kata lain ayat al-quran menggambarkan bahwa tuhan bersifat jasmani, olehsebab itu mu’tazilah mentakwil ayat ini dengan pengertian yang layak bagi kebesaran dan keagungan tuhan. Berbeda dengan asyariyah, asyariyah menafsirkan ayat ini dengan cara menerima apa adanya sebagaimana makna harfiyahnya tapi tanpa ada praktek atau gambaran (bila kaifin) dan tanpa diketahui cara dan batasannya.
Kesimpulan :
Ayat-ayat yang menjadi perdebatan aliran-aliran dalam islam masih sangat banyak dan argument-argumen yang dilontarkan juga masih dalam tataran ayat-ayat al-quran karena keterbatasan pengetahuan penulis maka mungkin hanya ini yang dapat penulis sampaikan. Terima kasih.

Tidak ada komentar: